Pernah dengar tiwul? Tiwul bukan nama seseorang atau barang lainnya melainkan nama tersebut dijadikan untuk nama makanan tradisional khas Gunungkidul,mungkin sudah terkenal di dalam negeri maupun luarnegeri. Makananan yang satu ini dibilang juga menyehatkan,kerana mengandung protein yang baik bagi kesehatan kita,bahan dasar yang digunakan membuat tiwul cukup mudah ditemukan disekelilingnya kita yaitu ketela/pohong.tiwul dijadikan makanan tradisional sejak tahun 1935 .
Berarti makanan ini sebelum merdeka warga Gunungkidul sudah mengkonsumsi tiwul tersebut, cara pembuatan tiwul ini juga terbilang cukup mudah dan simpel..tapi ingat menurut mitos juga kualitas tiwul yang dibilang lezat dan nikmat hanya orang asli orang Gunungkidul namun apabila kita pikir secara logis makanan yang terbilang nikmat hanya dari proses pembuatan benar dan sesuai prosedurnya.
Kembali lagi ke pembuatan lagi kita,jadi proses utama pembuatan tiwul dari pemilihan ketela yang bagus kualitasnya,yg dibilang baik kualitasnya,ketela berukuran besar dan memiliki kulit yang agak tebal
Yang kedua pemisahan kulit ketela dari intinya,biasanya cara untuk mengupas hanya pisau dan berbagai cara untuk mengupasnya,tapi yang paling cpt dikupas seperti mengupas buah semangka,setelah ketela tersebut sudah bersih dari kulit tinggal mencucinya sampai bersih
Proses yang ketiga adalah merendam pohong tersebut sampai muncul jamur yang berwarna hijau seperti lumut,apabila jamur tersebut bisa rata diketelanya maka akan lebih pulen tiwulnya saat dinikmati.perendeman ketela ini membutuhkan watu kurang lebih tiga hari agar mendapatkan kualitas yang baik.
Apabila sudah melakukan proses yg ketiga kita akan beralih ke proses yang keempat yaitu penjemuran ketela tersebut.penjemuran ini wajib juga dilakukan karena agar dapat dihaluskan kondisi ketela ini harus kering tanpa air,penjemuran dilakukan dibawah teriknya matahari.nah...maka dari itu apabila warga Gunungkidul panen ketela dilakukan disaat musim kemarau karena terik matahari juga diperlukan dari proses pembuatan si gaplek(ketela yang sudah kering) .
Dari penjelasan nomor empat disebutkan “dapat dihaluskan”proses yang satu ini adalah pembuatan tepung dari sigaplek/ketela yang kering.pembuatan tepung ini pada awalnya hanya menggunakan lesung yg terbuat dari pohon yang dibuat menyerupai sampan kemudian ditumbuk dengan gagang yang warga Gunungkidul sering menyebutnya alu.tetapi seiring berjalannya zaman,untuk proses membuat tepung dilakukan menggunakan mesin penggiling,biar hasil nya halus secara maksimal halusnya.
Dan proses terakhirnya yaitu memasaknya, cara memasaknya juga tidak jauh berbeda dengan memasak nasi.yaitu di kukus,,sebelum proses pengukusan tepung gaplek tersebut harus di intil(pengekelan seperti bentuk kerikil) proses pengintilan ini hanya tepung gaplek ditaruh pada tampah dan disiram air dan tanah tersebut diputar putar sampai tepung berbentuk gumpalan menyerupai kerikil. Setelah itu masukan adonan seperti kerikil tersebut kedalam soblok dan kukus sampai adonan tersebut berwarna kecoklatan. Penyajian tiwul ini apabila ingin lebih nikmat ditaburi parutan kelapa yang dicampur sedikit garam.
Akan tetapi dibeberapa daerah digunungkidul mencoba beberapa variasi tiwul yang berbeda diantaranya perbedaan yang dibuat dari segi rasa warna dan campuran bahan yang digunakan.
Recent Post